Penyakit jantung menjadi salah satu jenis penyakit mematikan yang cukup ditakuti di seluruh dunia. Penyebab seseorang bisa mengalami penyakit ini diketahui ada beberapa faktor, mulai dari keturunan, usia, jenis kelamin, stres, kebiasaan merokok, hipertensi, kolesterol tinggi hingga kurang bergerak.
Pada seseorang yang mengalami penyakit jantung, angiografi atau kateterisasi menjadi salah satu tindakan yang biasa dilakukan oleh para dokter. Hasil angiografi ini nantinya akan dicetak dalam bentuk foto Rontgen yang disebut sebagai angiogram.
Daftar isi:
Pengertian Angiografi dan Angiogram
Masih dalam satu lingkup, angiografi dan angiogram memiliki keterikatan satu sama lain. Sesuai dengan namanya yang hampir mirip. Angiografi atau kateterisasi merupakan prosedur medis yang bertujuan untuk memvisualisasikan aliran darah dalam tubuh. Prosedur ini biasanya dilakukan untuk menangani kondisi penyumbatan dan kelainan lain, terutama yang memengaruhi jantung dan otak.
Pada prosedur pemeriksaan angiografi, dokter akan menggunakan bantuan foto Rontgen untuk melihat kondisi pada pembuluh darah arteri dan vena. Tujuannnya agar dokter bisa menentukan gangguan dan seberapa parah kerusakan pembuluh darah pada pasien.
Saat prosedur angiografi dijalankan, dokter akan menyuntikkan zat pewarna kontras melalui selang tipis bernama kateter yang tehubung dengan pembuluh darah. Dengan zat warna ini, nantinya aliran darah akan terlihat lebih jelas oleh foto Rontgen. Hasil pemindaian pemeriksaan angiografi yang dicetak dalam bentuk foto Rontgen inilah yang disebut dengan angiogram.
Jenis-jenis Angiografi
Angiografi rupanya tidak hanya prosedur yang dilakukan dilakukan untuk mereka yang mengalami masalah kesehatan pada jantung maupun otak saja. Namun, prosedur pemeriksaan ini diketahui juga digunakan pada penyakit lainnya. Berdasarkan area pembuluh darah yang diperiksa, angiografi dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:
- Coronary angiography, yaitu pemeriksaan pembuluh darah koroner di jantung
- Cerebral angiography, yaitu pemeriksaan pembuluh darah di otak
- Renal angiography, yaitu pemeriksaan pembuluh darah di ginjal
- Pulmonary angiography, yaitu pemeriksaan pembuluh darah di paru-paru
- Fluorescein angiography, yaitu pemeriksaan pembuluh darah di mata
- Extremity angiography, yaitu pemeriksaan pembuluh darah di lengan dan tungkai
Efek Samping Angiografi
Melakukan angiografi juga sama seperti prosedur medis lainnya, yang mana memiliki efek samping atau komplikasi tertentu saat dilakukan. Hanya saja, dilansir Verywell Health, jumlah prosentase seseorang mengalami komplikasi akibat menjalani prosedur angiografi hanya berpeluang 2 persen dan tidak akan berakibat fatal. Sehingga, tidak ada faktor risiko tertentu yang membuat seseorang tak dapat menjalankan angiografi. Meskipun, memang tidak bisa dipungkiri akan adanya efek samping yang mungkin terjadi.
Beberapa efek samping yang terkadang dialami oleh mereka yang menjalankan angiografi, seperti:
- Tubuh merasa dingin,
- Tubuh muncul kemerah-merahan,
- Sebagian area tubuh terasa hangat,
- Tekanan darah rendah,
- Tamponade jantung,
- Detak jantung tidak teratur,
- Stroke,
- Kerusakan ginjal,
- Serangan jantung,
- Reaksi alergi, biasanya pada penderita asma dan penggunaan beta-adrenergic,
- Reaksi lebih serius (meskipun jarang terjadi) berupa perdarahan,cedera di area suntikan, dll.
Karena berbagai efek samping tersebut, biasanya dokter akan mempertimbangkan berbagai risiko yang akan dihadapi sebelum melakukan angiografi. Dokter akan mengantisipasi dan mempersiapkan semua peralatan yang dibutuhkan jika hal-hal tersebut terjadi. Bahkan, karena efek samping tersebut, prosedur angiografi diketahui tidak dianjurkan pada wanita di awal kehamilan.
Kapan Angiografi Perlu Dilakukan?
Prosedur medis ini biasanya dilakukan secara terencana, mengingat adanya beberapa efek samping yang mungkin terjadi. Namun, angiografi juga bisa dilakukan secara mendadak jika dalam kondisi darurat, seperti serangan jantung.
Dokter umumnya akan menganjurkan pasiennya melakukan angiografi apabila mengalami gangguan pada pembuluh darah berikut ini:
- Pecahnya pembuluh darah sehingga terjadi perdarahan pada organ dalam,
- Kondisi pembuluh darah yang berubah akibat cedera atau kerusakan organ,
- Saat pembuluh darah diketahui turut terhubung dan menyuplai darah ke tumor,
- Penyempitan dan pengerasan pembuluh darah arteri atau yang disebut aterosklerosis, sehingga dapat menyebabkan stroke, jantung koroner, dan penyakit arteri perifer,
- Pembesaran pembuluh darah pada satu area tubuh (aneurisma), seperti otak atau pembuluh darah besar aorta,
- Penyumbatan pembuluh darah arteri yang menyuplai darah ke paru-paru atau biasa disebut emboli paru,
- Penyumbatan aliran darah ke ginjal.